Perusahaan manajer investasi terkemuka di China, Zhongzhi Enterprise Group (ZEG), mengumumkan bahwa mereka tidak dapat membayar seluruh tagihannya. Perusahaan ini bangkrut dengan utang mencapai US$ 65 miliar atau setara Rp 1.011,4 triliun (kurs Rp 15.560).
Dilansir dari CNN Business, Senin (27/11/2023), perusahaan mengumumkan kondisinya itu kepada para investor melalui surat pada Rabu pekan lalu. Dalam surat tersebut, disebutkan skala utang perusahaan terbilang sangat besar. Perusahaan mematok total kewajibannya hingga 460 miliar yuan atau setara US$ 65 miliar, dibandingkan asetnya yang cuma sebesar 200 miliar yuan.
Kondisi ini memicu kembali kekhawatiran bahwa kemerosotan real estat yang telah berlangsung lama di negara tersebut mungkin akan berdampak pada sektor perbankan bayangan (shadow banking) senilai US$ 3 triliun. Pasalnya, perusahaan yang berbasis di Beijing ini mempunyai eksposur signifikan terhadap sektor properti Tiongkok yang sedang lesu.
"Karena aset grup terkonsentrasi pada investasi utang dan ekuitas dan memiliki jangka waktu yang panjang, penagihan menjadi sulit, jumlah yang dapat diperoleh kembali yang diharapkan rendah, likuiditas habis, dan penurunan nilai aset sangat parah," tambah perusahaan.
Atas kondisi ini, ZEG juga turut meminta maaf atas kesulitan keuangannya dalam suratnya kepada investor. Perusahaan juga menyampaikan, sejak kematian pendirinya pada tahun 2021, dan pengunduran diri para eksekutif seniornya, ZEG telah berjuang dengan manajemen internal yang tidak efektif.
Ads by
Bank bayangan (shadow banking) sendiri biasanya memberikan pembiayaan melalui aktivitas di luar neraca atau melalui lembaga keuangan non-bank, seperti firma perwalian. Para analis memperkirakan, industri perwalian atau sektor perbankan bayangan bernilai US$ 2,9 triliun, menjadikannya lebih besar daripada perekonomian Prancis.
Sebagai bagian yang misterius dan sangat besar dalam lanskap keuangan Tiongkok, sektor perbankan bayangan telah menjadi sorotan seiring dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai masa depan China, yang sedang bergulat dengan krisis real estate yang berkepanjangan.
Para ahli mengatakan, para investor produk-produk pengelolaan kekayaan di Tiongkok ini cenderung berasal dari kalangan kelas menengah dan menengah ke atas. Setiap kondisi gagal bayar atau bahkan kekhawatiran yang disebabkan oleh penundaan pembayaran dapat mengurangi kepercayaan konsumen.
Sementara itu, Grup Zhongrong merupakan salah satu konglomerat swasta terbesar di Tiongkok yang beroperasi di bidang jasa keuangan, pertambangan, dan kendaraan listrik. Kekhawatiran mengenai keuangannya pertama kali dipicu pada bulan Agustus, ketika sebuah lembaga perwalian yang dimilikinya mengatakan mereka telah melewatkan pembayaran kepada investor korporasi.
Zhongrong International Trust adalah satu dari ribuan perusahaan manajemen kekayaan di Tiongkok yang menawarkan tingkat pengembalian yang relatif tinggi kepada investor. Perusahaan ini mengelola dana senilai US$ 87 miliar untuk klien korporat dan individu kaya pada akhir tahun 2022.
Sumber : Finance.detik