Return to site

Ancaman Ekonomi 2024: Dolar AS Ngamuk hingga Perang! | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo - Tahun 2023 tak lama lagi berakhir, berganti ke 2024. Tahun yang bagi bangsa Indonesia adalah tahun politik itu ternyata menyimpan banyak ancaman. Dunia yang seharusnya sudah mulai pulih dari pandemi COVID-19 ternyata masih harus bersiap dengan segala tantangannya.
Pengamat Pasar Uang Junito Ahmad Haryono mengatakan salah satu tantangan ekonomi 2024 adalah nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang masih akan menguat. Penguatan mata uang Paman Sam ini disebabkan banyak hal, salah satunya bunga yang tinggi di AS sana.

"Volatilitas akan menjadi tantangan perbankan. Inflasi di AS naik terus, dolarnya makin strong (kuat)," kata pria yang akrab disapa Tomi itu dalam acara Media Gathering Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Padalarang, Kamis (23/11/2023).

Beberapa mata uang dunia, termasuk rupiah, akan mencari keseimbangan baru di tengah tingginya the greenback. Ancaman lain adalah ketegangan geopolitik yang belum mereda.

Masih ingat perang Rusia dan Ukraina? Sekarang masih berlangsung lho. Ditambah ada serangan Israel ke Palestina yang bertubi-tubi tanpa kapan tahu akan berhenti.

"Ketegangan di Timur Tengah ini dikhawatirkan meluas ke negara tetangga. Ending-nya nggak bisa ditebak ini. Tahun 2024 ini seharusnya kita sudah mulai pemulihan, tapi ternyata masih banyak kekhawatiran," jelasnya.

Selain itu, lanjut mantan direktur treasuri Bank MUFG tersebut, likuiditas dan kebijakan moneter masih akan ketat di tahun depan. Namun ada secercah harapan perputaran uang yang besar yaitu melalui pemilu.

"Ada Pemilu di 2024 ini mungkin kasarnya sekitar Rp 150 triliun uang akan bergerak. Uangnya ini ada di salam sistem dan bergerak, diharapkan bisa mendorong konsumsi," tambahnya.

Masih ada beberapa hal yang di tahun 2023 ini masih belum jelas juntrungannya. Seperti ekonomi China yang diharapkan bisa pulih pasca lockdown ternyata tidak terjadi.

Padahal dunia sangat berharap pemulihan China ini bisa menular ke pulihnya negara-negara lain yang menjadi mitra dagangnya. Akibatnya belanja pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia pun menjadi rendah.

Berdasarkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), perekonomian dunia pada tahun 2023 dan 2024 bertumbuh masing-masing sebesar 3% dan 2,9%, yang menunjukkan adanya risiko ekonomi dan geopolitik yang terus berlanjut sehingga akan menghambat laju ekonomi.

Namun, Bank Dunia (World Bank) memiliki pandangan yang lebih positif terhadap ekonomi pada 2024, sejalan dengan normalisasi suku bunga dan inflasi. Di sisi perekonomian domestik, Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan Indonesia pada kuartal II- 2023 mencapai 5,17% (year-on-year) yang ditopang oleh pemulihan sektor manufaktur dan stabilitas kinerja sektor pertanian. Namun, terdapat depresiasi nilai tukar rupiah yang dapat berdampak bagi sejumlah sektor industri dan perdagangan akibat kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika (The Fed).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh kinerja sektor perbankan yang saat ini stabil kendati terdapat pengetatan likuiditas global. Pada semester II-2023, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan Indonesia terjaga pada level 27,6%, serta rasio kredit bermasalah (NPL) bruto menurun ke level 2,3%.

Penyaluran kredit yang bertumbuh sebesar 7,76% (y-o-y) terus mendukung aktivitas perekonomian. Bank Indonesia memperkirakan kredit perbankan nasional akan tetap tumbuh di tahun 2024, yaitu sekitar 8% hingga 11%. Angka tersebut kurang lebih sama dengan target tahun ini yaitu 9% hingga 11%, namun dengan batas bawah yang lebih rendah.

Sumber : Finance.detik