Harga komoditas, khususnya batu bara, untuk kontrak November 2023 telah ditutup menguat. Penguatan tersebut akhirnya terjadi setelah mengalami penurunan tujuh kali berturut-turut. Sementara itu, harga kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) ditutup melemah untuk kontrak pada Desember 2023.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bata ICE Newcastle kontrak November 2023 ditutup menguat 1,98 persen atau 2,75 poin ke level US$141,6 per metrik ton pada akhir perdagangan Jumat (6/10/2023).
Sedangkan, harga batu bara untuk kontrak Oktober 2023 ditutup melemah sebesar 0,36 persen atau 0,5 poin ke level US$138,5 per metrik ton. Lebih lanjut, harga CPO untuk kontrak Desember 2023 di bursa derivatif Malaysia melemah 6 poin ke 3,601 ringgit per ton pada perdagangan Jumat (6/10).
Sedangkan, untuk kontrak Oktober 2023 juga melemah sebesar 1 poin menjadi 3,565 ringgit per metrik ton. Sebelumnya, berdasarkan laporan Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat (AS) bahwa output batu bara negara tersebut meningkat pada tahun lalu namun permintaan diketahui menurun.
Mengutip Bimco, Senin (9/10/23) selama sembilan bulan pertama pada 2023, pengiriman batu bara ke India, yakni salah satu pengimpor batu bara laut terbesar di dunia, mengalami penurunan sebesar 9 persen (year-on-year/yoy).
Walaupun volume pengiriman ke India tersebut menjadi lebih rendah, pengiriman batu bara global telah meningkat 3,4 persen (yoy) karena peningkatan volume yang signifikan ke China.
Oleh karena itu, batu bara tetap menjadi komoditas terbesar kedua dengan kontribusi hampir 25 persen dari seluruh volume curah kering. Pertumbuhan permintaan batubara di masa depan diperkirakan akan terjadi di negara-negara berkembang, terutama di Asia.
Mengenai CPO, mengutip Reuters, Senin (9/10) lima pedagang mengatakan bahwa impor edible oil India menurun sebesar 19 persen pada September 2023 dari rekor bulan sebelumnya, dikarenakan perusahaan penyulingan mengurangi pembelian minyak kelapa sawit sebesar 26 persen karena persediaan yang melonjak hingga mencapai rekor tertinggi.
Pembelian yang rendah dari India, importir minyak nabati terbesar di dunia, dapat menyebabkan stok minyak kelapa sawit yang lebih tinggi di produsen utama, Indonesia dan Malaysia, dapat membebani patokan harga berjangka (futures).
Menurut perkiraan rata-rata dari para dealer, total impor edible oil India di September 2023 menurun menjadi 1,5 juta metrik ton, termasuk 830.000 ton minyak kelapa sawit. “Persediaan edible oil telah mencapai tingkat tertinggi sepanjang masa karena rekor impor pada bulan Juli dan Agustus,” kata Managing Partner di pedagang edible oil dan broker GGN Research, Rajesh Patel. GGN Research memperkirakan bahwa tren penurunan volume impor CPO dari Indonesia dan negara produsen lain berpotensi berlanjut pada Oktober 2023.
Hal tersebut lantaran stok minyak nabati yang tinggi di India dinilai sudah cukup untuk memenuhi permintaan untuk kebutuhan sejumlah festival budaya di negara tersebut.
sumber : market.bisnis