Tiang pancang proyek monorel di sepanjang Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, dibiarkan terbengkalai. Padahal tiang-tiang ini diperkirakan memiliki harga mencapai ratusan miliar.
Berdasarkan catatan detikcom, proyek ini pertama kali dibangun pada 2004 lalu saat DKI Jakarta masih dipimpin Sutiyoso. Namun pada 2008, Fauzi Bowo selaku Gubernur DKI Jakarta menjabat saat itu memastikan pembangunan proyek tersebut dihentikan.
Namun saat DKI Jakarta dipimpin oleh Joko Widodo (Jokowi), proyek ini digadang-gadang akan diteruskan kembali. Dia bahkan melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan monorel di Tugu 66, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Namun saat itu untuk bisa melanjutkan proyek tersebut pihak PT Jakarta Monorail (JM) selaku pemilik proyek harus mengganti tiang pancang monorel yang sudah dibangun PT Adhi Karya Tbk (ADHI) selaku kontraktor.
Saat itu, Jakarta Monorail berpegang nilai tiang-tiang beton tersebut sebesar Rp 130 miliar, sedangkan Adhi Karya berpegang di angka Rp 193 miliar.
Pihak Adhi Karya mengaku perhitungan itu merujuk pada penilaian Kantor Jasa Penilai Publik Amin, Nirwan, Alfiantori, dan rekan (KJPP ANA) pada tahun 2013 yang ditunjuk ADHI dan Jakarta Monorail.
"Angka Rp 193 miliar itu, dikeluarkan KJPP. Itu ditunjuk kesepakatan 2 pihak. Adhi Karya dan Ortus," kata Corporate Secretary ADHI saat itu M. Aprindy, pada Februari 2014 lalu.
Aprindy menjelaskan pada berjalannya waktu, kedua pihak menyepakati nilai ganti rugi sebesar Rp 190 miliar. Namun terakhir, nilai ganti rugi tiang-tiang monorel kembali merujuk audit BPKP pada tahun 2010.
"Rapat disepakati kembali ke dolar. Itu dari BPKP. Maka kembali ke dolar. Karena kontrak di awal pakai dolar," jelasnya.
Total nilai kontrak tiang-tiang monorel senilai US$ 14,8 juta. Nilai ini mengacu hasil audit BPKP tahun 2010. Merujuk pada audit BPKP, pembayaran bisa dilakukan dalam bentuk valuta dolar. Jika menggunakan rupiah, pembayaran menggunakan kurs saat ini.
"Kalau BPKP keluarkan dolar. Itu bayar dolar. Mau rupiah silakan," sebutnya.
Namun berbeda pendapat dengan Adhi Karya, pihak Jakarta Monorel merasa nilai tersebut tidaklah valid karena tidak semua tiang sudah terbangun. Hal ini sebagaimana yang pernah disampaikan Direktur Utama PT Jakarta Monorail John Aryananda pada Oktober 2013 lalu.
"Pihak Adhi Karya mengungkapkan bahwa nilai tiang monorel tersebut mencapai Rp 193 miliar, itu terdiri dari 200 tiang, namun setelah kami cek ternyata hanya 90 tiang yang berdiri," ujarnya saat itu.
"Kemudian dari Rp 193 miliar tersebut ada stasiun monorel yang harganya Rp 25 miliar, mana stasiunnya? Nggak ada," ungkapnya.
Apalagi menurut JM, dari 90 tiang tersebut tidak akan dipakai seluruhnya. Sebab menurut mereka sebagian tiang ini tidak sesuai dengan desain yang baru.
"Ada beberapa tiang yang memang tidak dipakai nantinya karena tidak sesuai dengan desain, ada pula dari 90 tiang tersebut belum terbangun sempurna dan masih setengah bahkan baru lobang doang," ucapnya.
Sumber : Finance.detik