Return to site

Jatuh Bangun William Soeryadjaya hingga Berhasil Jadi Raja Otomotif RI | PT Rifan

PT Rifan - Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Begitulah bunyi salah satu pepatah terkenal yang sering dibicarakan orang dalam menggambarkan proses menuju sukses. Di balik pepatah itu, ada kisah William Soeryadjaya yang menjadi satu gambaran nyatanya.
William Soeryadjaya atau Tjia Kian Liong menjadi salah satu pebisnis tersukses di Indonesia. Dia adalah salah satu pendiri PT Astra International Tbk, perusahaan perdagangan umum di sektor otomotif, pertambangan, alat berat, perkebunan, keuangan, infrastruktur dan lainnya.

Sebelum mencapai posisi tersebut, harus melalui proses yang panjang, dengan berkali-kali jatuh bangun, hingga gagal dalam menggeluti usahanya. Bahkan, ia sempat tertipu dengan mitra bisnisnya dan masuk penjara.

Berdasarkan catatan detikcom, sebelum membangun Astra, William sempat menghabiskan masa-masa sulit hingga harus mendekam di Penjara Banceuy. Kondisi ini terjadi pada 1950-an, di mana William terpaksa harus meninggalkan Istrinya, Lily Soeryadjaya, dan empat anaknya di tengah situasi politik dan ekonomi yang tak menentu.

Awal mula William masuk penjara ialah lantaran bersengketa dengan mitra usahanya. Akhirnya, ia dipidanakan oleh orang tersebut yang memiliki kedekatan dengan kalangan pengusaha, demi merampas perusahaan besutan mereka yang sudah mulai mapan.

Lily Soeryadjaya berjuang keras demi mengeluarkan William. Ia melawan dan berkali-kali kembali untuk mengurus sejumlah bukti ke polisi, berusaha meyakinkan bahwa suaminya itu tak bersalah. Kegigihannya pun menuai hasil di minggu kelima. William Soeryadjaya menghirup udara bebas dari penjara.

Dari kejatuhan tersebut, William perlahan mulai bangkit. Melalui adiknya, Tjia Kian Tie, Wiliam dan Lim Peng Hong (teman sekolah Kian Tie) bekerja sama untuk membeli perusahaan kecil yang sudah tak aktif. Perusahaan ini berbasis ekspor-impor, lokasi kantornya di Jalan Sabang No 36 A, Jakarta.

William dan para mitranya langsung mengganti perusahaan tersebut menjadi Astra. Nama Astra ini berasal dari mitologi Yunani yang artinya dewi terakhir yang terbang ke langit, dan menjadi bintang terang.

Sebagai pengusaha yang visioner, William menambahkan kata 'International' di nama perusahaannya. Pada waktu itu William ada keinginan agar perusahaan barunya ini bisa berkiprah secara global. Ia pun ingin memberi kesan perusahaannya sebagai perseroan yang berbobot, walaupun pada awalnya Astra di Jalan Sabang ini hanya memiliki beberapa karyawan.

"Padahal karyawannya baru empat orang. terletak di sebuah toko yang sempit, yang kadang kebanjiran bila musim hujan," jelas buku 'Man of Honor Kehidupan, Semangat dan dan Kearifan William Soeryadjaya'.

Akhirnya, Astra resmi berdiri pada 20 Februari 1957. William merogoh kocek sekitar Rp 2,5 juta sebagai modal awal untuk mendirikan Astra. Dalam buku tersebut juga disebutkan, pada waktu pendirian tersebut, Astra hanya bermodal 2.500 saham.

Pada awalnya, Astra bergerak di sektor kebutuhan rumah tangga. Setelah sempat berjalan terseok-seok, William mulai terjun di bisnis otomotif, di mulai saat ia membeli sebuah pabrik perakitan truk Chevrolet yaitu Gaya Motor. Bahkan, ia rela berutang ke teman-temannya, termasuk ke bank, untuk bisa memiliki Gaya Motor.

Ambisi William menjadikan Astra sebagai pemain otomotif utama di Indonesia, awalnya tidak mudah. Tawaran untuk joint venture kepada prinsipal global banyak mengalami penolakan seperti Nissan, Chevrolet. Penolakan itu membuat William sempat pasrah terhadap keadaan tersebut.

Namun titik terang terlihat, ketika pada 1969 rombongan eksekutif dari Toyota Motor Company datang ke Jakarta. Waktu itu Toyota ingin mencari mitra bisnis untuk joint venture sebagai agen tunggal pemegang merek (ATPM). Akhirnya pada Juli 1969, memilih Astra sebagai mitranya di Indonesia.

Kemitraan Astra dengan Toyota membawa angin perubahan bagi Astra dan William. Kondisi ini menjadi titik balik bisnis William karena pihak Toyota memberikan kepercayaan kepada Astra. Perlahan. Astra juga mulai memasarkan merek-merek lain seperti Honda, Isuzu, hingga Daihatsu.

Perlahan, William mulai mengembangkan usahanya ke sektor lain, mulai dari perkebunan, properti, asuransi, hingga perbankan. Seluruhnya tergabung dalam Astra Group.

Pada 1990, Astra pun mulai melantai di bursa saham RI. Kini, Astra sudah berkembang menjadi perusahaan besar yang memiliki 198.203 karyawan pada 270 anak perusahaan, ventura bersama, dan entitas asosiasi. Sementara itu, William pun wafat pada tahun 2010. Namun sosoknya masih terus dikenang sebagai salah satu pebisnis berpengaruh di Indonesia.

Sumber : Finance.detik