Ada banyak macam rezeki yang didatangkan oleh Allah SWT. Rezeki bisa berupa harta yang melimpah ataupun nikmat kesehatan.
Namun, ada tanda-tanda rezeki yang ternyata membawa azab Allah SWT. Rezeki ini berupa kesenangan yang diberkan kepada orang-orang yang dimurkai Allah SWT agar mereka terus lalai. Hal ini disebut dengan istidraj. Apa saja tanda rezeki yang membawa azab Allah SWT?
Tanda-Tanda Rezeki yang Membawa Azab Allah SWT
Mengutip buku Tasawuf Akhlaki: Ilmu Tasawuf yang Berkonsentrasi dalam Perbaikan Akhlak oleh Dr. H. Abd. Rahman, orang yang istidraj biasanya selalu merasa bahagia meski diterpa kejadian-kejadian aneh. Dia mengira dia mendapat rezeki karena memang berhak memilikinya. Berikut tanda-tanda rezeki yang membawa azab Allah SWT.
1. Kenikmatan Melimpah ketika Keimanan Sedang Menurun
Tanda pertama dari istidraj adalah kenikmatan duniawi yang semakin melimpah dan mudah didapat, sementara keimanan dan ibadah kepada Allah SWT tengah menurun. Menurut buku Mengeluhlah karena Kita Membutuhkannya kaya Frans Hendarsah dan Rahmi Herliani pemberian Allah SWT dari materi perbuatan dosa merupakan istidraj. Dalam surat Al An'am ayat 44, Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ
Artinya: Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.
Rezeki yang didapat tentu disertai dengan tanggung jawab. Semakin kita mengabaikan ibadah dan perintah Allah SWT, semakin berat dosa yang ditanggung.
2. Jarang Terkena Penyakit
Meski tak mengingat Allah, melakukan maksiat dan lalai beribadah, orang yang diberi istidraj jarang terkena penyakit. Dia juga jarang tertimpa musibah.
Imam Syafii pernah mengatakan, "Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya. Jika engkau tak pernah sakit, maka tengoklah ke belakang, mungkin ada yang salah dengan dirimu."
Mengutip buku Muhasabah Notaris/PPAT Terhadap Berbagai Kemungkinan Dosa dalam Menjalankan Jabatan Sehari-hari, sakit merupakan hal yang lumrah. Tapi orang yang mendapat istidraj biasanya jarang jatuh sakit. Sebab, salah satu dari hikmah sakit adalah meringankan dosa-dosa.
3. Harta Terus Melimpah padahal Kikir
Surat Al Humazah ayat 1-4 menjelaskan tentang orang kikir yang selalu menghitung harta. Mereka mengira, hartanya akan mengukuhkan posisi dan kekuasaannya di bumi.
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙ - ١
"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela,"
ۨالَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗۙ - ٢
"yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya,"
يَحْسَبُ اَنَّ مَالَهٗٓ اَخْلَدَهٗۚ - ٣
Yahsabu anna maalahuu akhladah
"dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya."
كَلَّا لَيُنْۢبَذَنَّ فِى الْحُطَمَةِۖ - ٤
"Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka)
Allah menjadikan kekikiran seseorang sebagai istidraj. Allah membuat dirinya semakin kikir dan semakin bertambah kejayaannya.
4. Kesenangan dan Kegembiraan meski Melakukan Maksiat
Tanda selanjutnya adalah maksiat selalu dilakukan, namun kehidupan di dunia semakin sukses dan sejahtera. Dalam Mutiara Nahjul Balaghah, Ali bin Abi Thalib RA berkata, "Hai anak Adam, ingat dan waspadalah bila engkau lihat Rabbmu terus melimpahkan nikmat atas dirimu, sementara engkau terus menerus melakukan maksiat kepadaNya."
Pangkal dari perbuatan maksiat adalah kehancuran dan penderitaan. Ketika maksiat terus dilakukan, namun kehidupan dunia semakin sukses, maka hal itu merupakan kemurahan hati Allah dalam bentuk istidraj.
5. Rezeki yang Datang Ditanggapi dengan Kesombongan dan Tinggi Hati
Harta yang bergelimang berpotensi membuat hati menjadi sombong dan menganggap remeh orang lain. Orang yang istidraj merasa segala kenikmatan yang didapat semaa karena usahanya sendiri, tanpa campur tangan Allah SWT.
6. Merasa Bahagia Tanpa Takut Azab Allah SWT
Karakter istidraj ini muncul karena pelaku merasa berhak atas rezeki yang diterima. Mereka tidak berpikir ada pihak yang lebih berhak atas rezeki tersebut. Rezeki biasanya diperoleh dengan cara yang tidak baik.
Kendati begitu, para pelaku tidak takut azab Allah SWT atas perbuatannya. Mereka juga sering merendahkan orang lain, sombong, dan aman dari sanksi yang ditentukan Allah SWT. Hal ini dijelaskan di buku Tasawuf Akhlak: Ilmu Tasawuf yang Berkonsentrasi dalam Perbaikan Akhlak karya Dr H Abd Rahman.
7. Kualitas dan Frekuensi Ibadah Turun, tapi Rezeki Selalu Lancar
Dengan mutu dan frekuensi ibadah yang menurun, sudah selayaknya seorang hamba mendapat teguran. Namun hal sebaliknya terjadi pada pelaku istidraj. Rezeki mereka tetap lancar atau malah makin baik, walau kualitas dan kuantitas ibadah menurun.
Sebagai catatan, rezeki tidak hanya ditinjau dari aspek material. Namun juga non material misal tubuh sehat, hati senang dan tenang, dan terhindar dari kecelakaan. Pelaku istidraj tidak sadar dirinya sedang diuji Allah SWT.
Itulah tanda-tanda rezeki yang membawa azab Allah SWT. Semoga kita dihindarkan dari istidraj dan senantiasa mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan.
Sumber : detik